Stagnan! Aku tidak tahu lagi harus menulis kata-kata seperti apa. Lembaran di hadapanku masih sama kosong dengan lembaran yang kau miliki. Akhirnya karena kita sama-sama penat, kita pandangi saja lembaran kosong itu sambil menyeruput teh yang pun mendingin. Lembaran kosong itu membuat kita berpikir, membuat kita saling kerutkan dahi. Kita berpandangan, menghela napas, membuat debu-debu terbang menjauh. Kamu kehabisan ide. Begitu pula aku. Kau mulai hentikan tarian jemarimu di atas kibor. Kau duduk termangu, sambil menyalakan pemantikmu. Akh, kamu mulai lagi bergumul dengan kepulan asap rokokmu. Kau pergi untuk membuka pintu teras belakang, kau butuh asupan udara segar, Sayang. ^ ^ ^ ^ ^ ^ ^ Kita ini selalu bersama. Kita adalah bagian dari ujung dan pangkal yang bertemu, kita adalah dua jarum jam yang tak akan berarti bila tidak disatukan dalam kotak kaca-angka yang sama. Kita seirama, kita seia, kita satu nada. Tak ada kau berarti bersiaplah untuk sumbang. Hidupk
Berbahagialah engkau semua para Ibu. Karena engkau adalah kehidupan. Karena engkau adalah cahaya. Karena engkau adalah Kasih dan Sayang. Karena engkau adalah Cinta.