Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2010

Ujung dan Pangkal

Mungkin setelah pertemuan manis kita tadi malam,kau bergumul dengan asap-asap rokokmu. Kali ini, sepertinya kau butuh tak cukup sebungkus, Sayang. Pikiranmu berjalan ke tengah bertemu pada sebuah persimpangan. Persimpangan itu sama-sama membuatmu berarti, dalam porsi yang beda memang. Tapi membuat duniamu sama berwarnanya. Meski dia mungkin lebih suka beri warna violet sementara aku warna-warna primer yang pun bisa kau olah menjadi warna favoritmu. Aku tidak yakin malam ini kantuk mampu mengganggumu. Rasa-rasanya, rasa kantuk yang kau perlihatkan tadi hanyalah cara anggun untuk mengatakan padaku bahwa kamu ingin segera beristirahat dan sebaiknya aku segera pulang. Aku tahu, cintamu yang begitu besar untuknya membuatmu takut untuk menyakitiku. Tapi bukankah, masing-masing dari kita semua tak pernah mengenal definisi cinta yang sebenarnya. Tidak aku, tidak juga kamu. Mungkin juga definisi cinta dalam pikiran kita ini pun tak sama, tapi sejak kapan pikiran punya hak paling besar untuk m

Lelap

Malam ini,sebuah keheningan tak jua mampu pindahkan kiblat pada sebuah penyampaian maksud.Ingin napas ini terhenti,ketidakberanian hadapi sebuah ketidaktahuan. Aku ini pengecut, kataku. Kau tahu, aku tidak ingin malam ini berakhir..... Tanah lapang, penuh dengan pekikan-lengkingan suara gaduh di ujung jalan. Suara-suara tak berirama, mungkin sebuah hentakan tak bisa selaras dengan nada indah do re mi fa so la. Mungkin memang tak harus diatur sedemikian rupa. Sinar-sinar temaram lampu di pinggir jalan pijarkan sebuah aroma wewangian. Ya, aku tahu itu wangimu..tak perlu aku harus mendekat, indera penciumanku mampu mengenali baumu yang khas meski dalam kejauhan sekalipun. Tembok putih, kanan-kiri. Di tanah lapang ini, ku lihat kau tertidur pulas. Baguslah, paling tidak hari ini kau biarkan tubuhmu istirahat. Terbaring sejenak menikmati keheningan samar. Aku tahu, ketenangan dalam lelapmu sudah lama kau rindukan, karena itu ku tak mau ganggu dengan suara-suara ributku. istirahatlah..

Padang Merah Hati

Sebuah petunjuk. Perenungan ini makin terasa mendalam. Semua serba pas. Kau hadir di tengah keraguan dan kegamangan. Rupa-rupanya semua tidak harus selalu ada jawabnya, tidak harus ada maksud untuk setiap kejadian. Aku tak lagi ingin menangis. Tidak hari ini. Setiap inchi rasamu mulai tumbuh. Kubenamkan diri dalam kasur yang lapuk. Imajinasi membumbung tinggi, ingin sekali kuhentikan, siapa tahu nanti jadi kebablasan dan tertiup angin di tengah riuhnya pikuk dan sibuk. Dua sejoli, beradu manis-pahit rasa tembakau, di antara kepulan putih asap rokok saling bersirobok. Desing desau memekakkan telinga, membuat debar jantung jadi makin cepat. Aku tahu kamu peduli. Ingin menjadi sebuah sinar terang yang tidak menyilaukan, yang cahayanya bisa diatur sedemikian rupa, agar ku tak membuat matamu jadi sakit, tak membuat langkahmu jadi terhenti. Hangat. Aku ingin menjadi sinar yang hangat. Sinar berpendarnya tak membuat gamang, tak juga remang. Sebuah petunjuk. Datang membawa arak-arak