Langsung ke konten utama

Postingan

KELAS BLOG UNTUK PEMULA

  Sudah 10 hari ini saya mengikuti kelas blogger untuk pemula. Sejatinya, saya itu membuat blog awalnya memang untuk memindahkan apa yang ada dalam kepala saya ke dalam tulisan-tulisan. Saya tulis sendiri, saya baca sendiri, saya menikmati sendiri. Yup, saya sebegitu egoisnya memang. Namun, sudah satu tahun blog saya mati suri. Sesungguhnya saya ini sangat nol sekali memahami dunia blogger. Engga tau apa-apa saya itu. Semua berangkat dari trial and error . Nah, belakangan karena saya mulai aktif mengikuti kelas-kelas menulis cerita anak, rasa-rasanya kok saya ingin kembali menghidupkan blog saya. Saya ingin lebih banyak bercerita tentang banyak hal kepada dunia. Nah, kok pas sekali timingnya dengan dibukanya kelas belajar blog untuk pemula oleh komunitas Joeragan Artikel. Kelas ini diampu oleh dua jagoan blogger kita mba Ayu dan mba Nova. Kita dibimbing dan diajari betul-betul bagaimana membuat blog dari tahap awal hingga mempercantiknya. Dan plusnya kita didampin
Postingan terbaru

Langkahkan Kakimu dan Luaskan Pandanganmu

    Ada banyak kota di dunia ini yang bisa saja saya tulis dan saya rangkai untuk kemudian menjadi tokoh utama dalam tulisan ini. Sayangnya, ternyata urusan memilih kota impian itu tidak lah semudah seperti memilih baju mana yang hendak dipakai di dalam tumpukan baju yang belum disetrika. Njlimet saya tuh orangnya… :D Eropa, US, Canada, Oz, New Zealand, Egyptian, Southern Asia, hingga East Asia macam Seoul, Japan, negara dan kota yang nge-hits belakangan karena faktor serial drama-dramanya   juga tak membuat saya lantas menisbahkan mereka untuk menjadi salah satu kota yang ingin saya kunjungi. Ya seneng juga melihat beberapa teman sudah banyak yang berhasil menapaki diri ke sana, entah karena pekerjaan, karena sekolah, karena usaha kerasnya sedari dulu, karena memenangkan undian, atau yang karena dapat bonus dari usahanya mengejar poin, bahkan ada juga yang karena pasangannya horang tajir melintir, akhirnya kesempatannya untuk bisa bepergian keliling Indonesia bahkan ke lua

Keseharian Saya

    Saya cukup merasa kurang nyaman kali ini ketika diminta untuk menyampaikan tentang diri sendiri.   Sejauh ini saya hampir tidak pernah membuat uraian panjang mengenai diri saya. Saya membiarkan orang mengenal melalui apa yang saya sampaikan, melalui obrolan langsung dan tak langsung. Selebihnya saya amat jarang mampu membuat uraian singkat mengenai diri saya sendiri, bukan karena tidak mampu, tapi saya tidak nyaman bercerita mengenai diri sendiri. Saya itu paling engga bisa narsis. Jarang sekali saya itu berswafoto secara sadar melakukannya dengan tujuan untuk di share ke media social. Jarang bukan berarti engga pernah ya, pernah, tapi itu bisa dihitung pakai jari, paling hanya akan ada 1-3 buah foto pribadi saya yang nongol di luaran. Saya amat jarang berfoto sendiri. Penakut ya! Haha. Introvert . Saya lebih suka menyendiri, mengungkapkan hal-hal mengenai diri sendiri hanya pada orang-orang dekat. Ya pada prakteknya ketika menjadi emak itu artinya segala ke-introver

Menulis di Blog, serukah?

   Baru-baru ini saya merasa sedang berada pada sebuah titik dimana saya maju selangkah dua langkah ke depan dalam menyalurkan ke-mandeg-an saya dalam menulis. Beberapa kelas kepenulisan sedang saya ikuti saat ini, dan tentunya bulan-bulan ini akan menjadi bulan terpadat dalam sepanjang perjalanan saya menjadi ibu rumah tangga yang sejujurnya saya itu jarang sekali bisa menganggur, pekerjaan rumah dan pekerjaan menjadi pelapak buku sebetulnya sudah cukup membuat hari-hari saya mawut dan pontang-panting ( dan ini bukan keluhan sih, ini lebih kepada betapa saya mensyukuri kehidupan saya yang variatif ini ;P ) Sudah setahun blog saya mati suri setelah pada awal tahun 2018 saya membuat janji yang saya langgar sendiri, yakni mencoba konsisten untuk menulis di blog. Ternyata menulis secara konsisten pun menjadi PR yang sangat berat terutama karena hari-hari saya yang sudah mawut tadi. Jadi, belakangan ketertarikan saya untuk benar-benar belajar menulis sedang berada di atas pun

BEKAL PERJALANAN

    Vadin anak saya, sangat senang berkereta. Bahkan, seminggu tiga kali kami bepergian dengan menggunakan kereta api prambanan ekspress  (Prameks) untuk bertemu, bermain dan berpetualang bersama dengan teman-teman kecilnya. Ya, sudah satu tahun ini Vadin bermain dan belajar di sebuah sekolah yang berpuluh kilometer jauhnya dari rumah. Banyak orang berpikir bahwa saya terlalu memaksakan, beranggapan kalau saya ini aneh atau bahkan terlampau ambisius. Banyak orang tidak mengerti bahwa sekolah ini memang layak untuk perkembangan Vadin anak saya, yang akan membuat dia selalu bergembira dan bersenang-senang sepanjang hari tanpa beban, tidak seperti sekolah pada umumnya yang melulu dengan gedung bertingkat dan berpagar tinggi, bermateri berat, ini adalah sekolah biasa. Tanpa pagar dan berada di tengah-tengah sawah, bahkan para murid bebas merajut materi kelasnya sendiri. Kadang saya harus menggambarkan kepada orang lain bahwa sekolah ini mirip dengan cerita Totto-Chan. Baru orang-oran

Yang Masih Muda

  Kulihat dua pasang mata beradu pandang. Mesra dan penuh kasih. Aku melihat keduanya tak sungkan memamerkan asmara yang seolah tidak terbendung, seperti sudah tak berjumpa bertahun-tahun. Kangen kronis batinku. Aku memalingkan muka. Mungkin aku cemburu. Cemburu karena separuh duniaku ada di belahan bumi lain yang puluhan ribu mil jauhnya, yang berjarak dengan gelombang lautan, musim bahkan waktu. Waktu pun sinis dengan hubungan kami. Siang-Malam. Malam-Siang. Kami tak pernah sependapat akan itu. Kulihat lagi dua sejoli itu, tertawa dan senyum malu-malu. Akh,..rasanya aku ingin berlari menjauh saja. Rindu ini penyakit yang nyaris membunuhku. Tapi tangan mungil ini membuatku membatu. Membuatku tak bisa beranjak karena es krimnya yang meleleh kemana-mana mengotori tangan dan bajunya. Aku sibuk membantu tangan mungil itu membersihkan diri, sosok kecil yang kemudian memasang cengiran dengan giginya yang penuh noda es krim yang belepotan sampai mulut. Sesaat rasa rinduku hilang.

REFLEKSI

    Barangkali setiap kelahiran itu adalah penantian, adalah harapan. Atau barangkali kelahiran itu melelahkan karena mungkin kita selalu dibuat lupa akan sejatinya diri dan harus menunggu hingga saat kesadaran itu datang, membuka batin kita untuk tersedu kemudian. Atau menyadarkan bahwa kita itu sedemikian kecil di antara partikel-partikel lain di semesta raya ini. Kita mungkin kecil, kita mungkin tak lebih dari debu, tapi kita juga bisa menjadi berarti. Mencari arti hidup. Mungkin itulah kelahiran. Pencarian. Bertambah usia tak lantas menjadikan manusia itu makin dewasa, makin mengerti dan makin paham. Banyak juga yang makin tua makin pelupa, Lupa bahwa dia dulu juga melalui proses menjadi bayi yang sedang belajar melihat, belajar mendengar, dan belajar berbicara. Lupa bahwa kita dulu berawal dari raga yang tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis dan sesekali mengoceh. Insting seseorang ketika menjadi bayi mungkin lebih tajam daripada kala mereka beranjak besar. S