Kulihat dua pasang mata beradu pandang. Mesra dan penuh kasih. Aku melihat keduanya tak sungkan memamerkan asmara yang seolah tidak terbendung, seperti sudah tak berjumpa bertahun-tahun. Kangen kronis batinku. Aku memalingkan muka. Mungkin aku cemburu. Cemburu karena separuh duniaku ada di belahan bumi lain yang puluhan ribu mil jauhnya, yang berjarak dengan gelombang lautan, musim bahkan waktu. Waktu pun sinis dengan hubungan kami. Siang-Malam. Malam-Siang. Kami tak pernah sependapat akan itu. Kulihat lagi dua sejoli itu, tertawa dan senyum malu-malu. Akh,..rasanya aku ingin berlari menjauh saja. Rindu ini penyakit yang nyaris membunuhku. Tapi tangan mungil ini membuatku membatu. Membuatku tak bisa beranjak karena es krimnya yang meleleh kemana-mana mengotori tangan dan bajunya. Aku sibuk membantu tangan mungil itu membersihkan diri, sosok kecil yang kemudian memasang cengiran dengan giginya yang penuh noda es krim yang belepotan sampai mulut. Sesaat rasa rinduku hilang.
Berbahagialah engkau semua para Ibu. Karena engkau adalah kehidupan. Karena engkau adalah cahaya. Karena engkau adalah Kasih dan Sayang. Karena engkau adalah Cinta.