Langsung ke konten utama

Lelap

Malam ini,sebuah keheningan tak jua mampu pindahkan kiblat pada sebuah penyampaian maksud.Ingin napas ini terhenti,ketidakberanian hadapi sebuah ketidaktahuan. Aku ini pengecut, kataku. Kau tahu, aku tidak ingin malam ini berakhir.....

Tanah lapang, penuh dengan pekikan-lengkingan suara gaduh di ujung jalan. Suara-suara tak berirama, mungkin sebuah hentakan tak bisa selaras dengan nada indah do re mi fa so la. Mungkin memang tak harus diatur sedemikian rupa. Sinar-sinar temaram lampu di pinggir jalan pijarkan sebuah aroma wewangian. Ya, aku tahu itu wangimu..tak perlu aku harus mendekat, indera penciumanku mampu mengenali baumu yang khas meski dalam kejauhan sekalipun.

Tembok putih, kanan-kiri. Di tanah lapang ini, ku lihat kau tertidur pulas. Baguslah, paling tidak hari ini kau biarkan tubuhmu istirahat. Terbaring sejenak menikmati keheningan samar. Aku tahu, ketenangan dalam lelapmu sudah lama kau rindukan, karena itu ku tak mau ganggu dengan suara-suara ributku.

istirahatlah....
mumpung matahari masih malu untuk tampakkan diri, meleburlah dalam malam dan diam.
Kamu tahu, sudah lama........sudah lama.....

Aku tertawa kecil. Ini sungguh lucu, pertemuan yang manis bukan?
Di sebuah ruangan besar, ada aku, kamu, dan orang-orang yang asing. akh, aku hanya berusaha kembali memanggil ingatan lamaku saat perjumpaan pertama kita.

manis, pertemuan yang manis.
malam ini pun
ketika kulihat kau tertidur

kamu tahu, sudah lama......
sudah lama........

Mau berjalan bersama begitu kau bangun nanti, Sayang?



semilir,
selasa, 22 Juni 2010

Ditulis hari senin 14 Juni 2010, pagi hari, Yogyakarta, alkid.

Komentar

  1. suit...suit... indahnya. hehehehe ...

    ada apa ya 14 juni yang pagi?

    eh, jadi yang pertama komen nih Shint,

    BalasHapus
  2. hehehehhe...ada deh..*nyengir*
    sepertinya blog-ku ini tidak banyak orang yang mengunjungi dan memberikan komen...;(
    tapi ya tak apalah..paling tidak aku punya cukup media untuk menampung sebuah rasa, dan kata....^^ terima kasih kunjungannya...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

dongeng Si Gajah dan Si Badak

dongeng Si Gajah dan Si Badak April 14th, 2008 Suatu hari di sebuah hutan belantara tampaklah seekor gajah yang berbadan besar dengan belalai panjangnya sedang bercengkrama dengan seekor badak. Si Badak terpesona melihat dua gading gajah yang membuat Si Gajah makin terlihat gagah. Kemudian Si Badak bertanya " Jah…Gajah…kok kamu bisa punya sepasang cula yang hebat begitu bagaimana caranya tho?…kamu terlihat semakin gagah saja". Lantas dengan bangga Si Gajah pun bercerita tentang puasa tidak makan tidak minumnya selama 80 hari. Berkat puasa itulah Si Gajah bisa mendapatkan cula yang hebat seperti yang Badak lihat sekarang. Akhirnya karena Si Badak juga ingin tampil gagah, dia pun mulai menjalani puasa 80 harinya seperti yang Si Gajah lakukan. Seminggu kemudian…… "Ahhh…enteeeeeng…." Badak sesumbar. Dua minggu berikutnya…… Si BAdak mulai sedikit lemas, dia masih bertahan meski rasa lapar, rasa haus kian menghantuinya. Dia iri melih...

Sebuah esai tentang kebudayaan bersifat simbolik

Di sebuah stasiun TV Swasta terlihat ada sebuah penayangan mengenai kehidupan sebuah suku yang masih kental dengan keprimitifannya. Sebut saja salah satu suku di Afrika. Tampak di sana sekelompok manusia berpakaian seadanya, sedang duduk mengelilingi api unggun. Kepala suku mereka sedang menceritakan kepada anggota kelompoknya yang lain, menceritakan mengenai sebuah batu yang tiba-tiba saja terlempar dari arah gunung berkapur hingga hampir membuatnya celaka, hingga detik itu juga dia, selaku kepala suku di sana menyatakan bahwa benda tersebut adalah ‘benda jahat atau benda setan’. Simbol tersebut dia gunakan sebagai bentuk kekhawatirannya terhadap anggota kelompoknya yang lain, sehingga mendorong agar anggota yang lain selalu waspada. Bentuk pengungkapan itu membudaya dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Hingga kemudian manusia menjadi lebih pandai dan cerdas hingga benda yang disebut-sebut sebagai benda jahat itu hanyalah sebuah bongkahan batu yang secara tidak sengaja terlempa...

SANGIRA

Sangira Sang, Hujan mau datang lagi. Sudikah kiranya dirimu antarku pulang? Sang, kukecilkan pakaian-pakaian longgarmu, ambillah, sudah kutaruh di almari. Aku mau pulang, Sang. Aku tidak bisa berlama-lama lagi di sini. Di tempat ini. Aku takut, Sang. Tempat ini sudah sangat berbeda, kita tidak bisa lagi main-main dengan Hujan seperti dulu. Masih ingatkah engkau pada bunyi kecipak-cipak air yang main lompat di kubangan lumpur, Sang? Aku rindu. Aku mau pulang, Sang…. Seperti memang sudah berjodoh, aku bertemu lagi dengan laki-laki berkemeja garis-garis biru yang kemarin aku temui di sebuah toko kue. Dia tengah kebingungan mencari sebuah kue ulang tahun yang katanya untuk seseorang yang spesial. Untuk pacarnya kurasa. Tapi siapapun perempuan itu sudah pasti dia beruntung sekali. Bagaimana tidak, laki-laki itu terlihat begitu sangat perhatian, peduli, dan rasa sayang yang diperlihatkan pada muka bingungnya ketika mencari kue ulang tahun yang pas untuk seseorang istimewanya itu membuatk...