Madu-Racun Begitulah, bahkan diantara madu dan racun bisa jadi sebuah kesatuan yang unik. Tidak membunuh karakter satu sama lain, justru kadang-kadang perpaduan diantara keduanya bagai obat. Penyembuh bagi Si Sakit, penenang bagi Si Khawatir. Madu, begitu aku selalu memanggilnya Racun, begitu kamu sering memanggilku Malam ini, kami berdua kembali bercengkrama. Sampai pagi seperti biasanya yang kami lakukan. Hanya saja atmosfir kali ini terasa berbeda. Kedamaian. Hanya itu. Meski sesekali air mata sudah mendesak untuk unjuk diri. Tapi entahlah, aku merasa jeda yang mungkin akan ada ini bukanlah sesuatu yang perlu kukhawatirkan, aku merasa kamu masih ada di dekatku. Tidak pergi jauh. Terserah juga kalau akunya yang terlalu pede. Aku hanya bisa sumeleh, Madu. Aku hanya bisa beri kau rasaku. Aku jadi geli mengingat pembicaraanmu, Madu.
Berbahagialah engkau semua para Ibu. Karena engkau adalah kehidupan. Karena engkau adalah cahaya. Karena engkau adalah Kasih dan Sayang. Karena engkau adalah Cinta.