Langsung ke konten utama

Kantong Mimpi






Kalau kamu punya begitu banyak mimpi sementara kamu hanya memiliki satu buah keranjang ukuran sedang untuk menampung semua mimpi-mimpimu dan ternyata keranjang tersebut tidak cukup muat untuk menampung semua, apa yang akan kamu lakukan?
Baiklah kalau pertanyaan itu dikembalikan pada saya, maka jawaban saya tidak sederhana, tapi juga tidak rumit.

Saya tidak akan menjawab dengan jawaban; saya akan memenuhi keranjang itu sesuai dengan kapasitas tampungnya, karena saya pikir mimpi tidak bergantung dari kapasitas seseorang untuk mampu menampungnya, mimpi itu bisa lebih besar dan boleh lebih besar dari kapasitas kita, sama seperti seekor semut yang bahkan mampu membawa beban sepuluh kali lipat lebih besar dari berat badannya.

Saya tidak akan menjawab bahwa saya akan mengurangi jumlah mimpi saya, atau bahkan memenuhi keranjang itu sampai benar-benar penuh, bahkan kalau perlu saya menjejalkan semua mimpi itu sampai menggunung.
Baiklah saya egois pada kasus ini, saya tidak mau mengurangi, saya tidak ingin pula menjejalkan dan memaksakan.

Yang akan saya lakukan adalah; saya akan melubangi dasar keranjang itu dan saya akan membuat sebuah kantong yang sangaaaaaaaaaat besar untuk kemudian saya lekatkan pada dasar keranjang sampai mimpi-mimpi saya muat masuk ke dalamnya. Tidak mengurangi tidak juga memaksakan. Pas. Semua dalam porsi yang pas. Pas sesuai kehendak hati saya..:) (Tuhan, terima kasih atas otak dan kecerdasan saya dalam menemukan ide ini—red) ;P

Bagaimana ya? Hem, saya kurang sepaham kalau orang membatasi dirinya sendiri atau orang lain untuk menjadi pribadi-pribadi yang berjiwa besar, bermimpi besar yang kesemuanya nanti akan difokuskan untuk tujuan kebaikan dan memuliakan diri. Bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi “khalifah” dan bukan untuk alasan yang lain.

“Khalifah” yang saya maksud bisa mempunyai arti ataupun penafsiran yang banyak. Tapi pada intinya manusia diciptakan untuk “melayani dan menjaga”. Begitulah.

Mungkin benar kalau sebesar apapun cita-cita kita kalau berangkat dari niat yang tidak baik mungkin hasil akhirnya juga akan bernasib sama dengan niatnya. Untuk itu, niat baik menjadi bagian yang sangat penting dari sebuah kesuksesan.

Berani bermimpilah kawan semua, tidak perlu khawatir impian itu mungkin terkesan muluk dan tidak mungkin. Bagi saya, selama kita percaya bahwa alam semesta dan pemiliknya (baca: Tuhan) berkata : “terjadilah” kita mau bilang apa coba? Bukankah Tuhan punya kuasa yang tidak tebatas. Bahkan untuk membuat hal yang bagi kita tidak masuk diakal sekalipun.

Jadi percayalah pada kebesaranNya, kekuasaanNya untuk bertindak apapun.
Kalau kita berangkat dari niat yang baik, kita juga berusaha untuk mewujudkan impian kita itu, pastilah Tuhan “mendengar” pinta kita.

Beranilah bermimpi kawan!!! Sebesar-besarnya, seluas-luasnya, setinggi-tingginya!!
Ingatkah kita pada sebuah pesan ‘capailah cita-citamu setinggi langit’ ?

Dulu kala kita kecil, kita begitu bersemangat, kita begitu termotivasi untuk meraih cita-cita kita. Kemana impian itu pergi, sekarang? Terhimpit realitaskah? Atau sebenarnya kita terlalu takut untuk bertindak dan melakukan langkah nyata untuk mewujudkan impian kita?

Saya rindu pikiran-pikiran anak kecil yang tidak tahu apa-apa dan selalu bersemangat untuk belajar banyak hal baru, saya rindu gelak bocah yang polos yang tidak pernah takut menghadapi hidup yang mereka belumlah paham. Saya rindu untuk tidak tahu apa-apa. Dan saya rindu melihat semua orang, semua teman yang saya kenal berani mengejar cita-citanya, dan menjadi “kejutan” di masa yang akan datang.

Hentakkan kakimu kawan!

Mulai sekarang!

Berani bermimpilah!




-semilir 2011-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

dongeng Si Gajah dan Si Badak

dongeng Si Gajah dan Si Badak April 14th, 2008 Suatu hari di sebuah hutan belantara tampaklah seekor gajah yang berbadan besar dengan belalai panjangnya sedang bercengkrama dengan seekor badak. Si Badak terpesona melihat dua gading gajah yang membuat Si Gajah makin terlihat gagah. Kemudian Si Badak bertanya " Jah…Gajah…kok kamu bisa punya sepasang cula yang hebat begitu bagaimana caranya tho?…kamu terlihat semakin gagah saja". Lantas dengan bangga Si Gajah pun bercerita tentang puasa tidak makan tidak minumnya selama 80 hari. Berkat puasa itulah Si Gajah bisa mendapatkan cula yang hebat seperti yang Badak lihat sekarang. Akhirnya karena Si Badak juga ingin tampil gagah, dia pun mulai menjalani puasa 80 harinya seperti yang Si Gajah lakukan. Seminggu kemudian…… "Ahhh…enteeeeeng…." Badak sesumbar. Dua minggu berikutnya…… Si BAdak mulai sedikit lemas, dia masih bertahan meski rasa lapar, rasa haus kian menghantuinya. Dia iri melih...

Sebuah esai tentang kebudayaan bersifat simbolik

Di sebuah stasiun TV Swasta terlihat ada sebuah penayangan mengenai kehidupan sebuah suku yang masih kental dengan keprimitifannya. Sebut saja salah satu suku di Afrika. Tampak di sana sekelompok manusia berpakaian seadanya, sedang duduk mengelilingi api unggun. Kepala suku mereka sedang menceritakan kepada anggota kelompoknya yang lain, menceritakan mengenai sebuah batu yang tiba-tiba saja terlempar dari arah gunung berkapur hingga hampir membuatnya celaka, hingga detik itu juga dia, selaku kepala suku di sana menyatakan bahwa benda tersebut adalah ‘benda jahat atau benda setan’. Simbol tersebut dia gunakan sebagai bentuk kekhawatirannya terhadap anggota kelompoknya yang lain, sehingga mendorong agar anggota yang lain selalu waspada. Bentuk pengungkapan itu membudaya dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Hingga kemudian manusia menjadi lebih pandai dan cerdas hingga benda yang disebut-sebut sebagai benda jahat itu hanyalah sebuah bongkahan batu yang secara tidak sengaja terlempa...

SANGIRA

Sangira Sang, Hujan mau datang lagi. Sudikah kiranya dirimu antarku pulang? Sang, kukecilkan pakaian-pakaian longgarmu, ambillah, sudah kutaruh di almari. Aku mau pulang, Sang. Aku tidak bisa berlama-lama lagi di sini. Di tempat ini. Aku takut, Sang. Tempat ini sudah sangat berbeda, kita tidak bisa lagi main-main dengan Hujan seperti dulu. Masih ingatkah engkau pada bunyi kecipak-cipak air yang main lompat di kubangan lumpur, Sang? Aku rindu. Aku mau pulang, Sang…. Seperti memang sudah berjodoh, aku bertemu lagi dengan laki-laki berkemeja garis-garis biru yang kemarin aku temui di sebuah toko kue. Dia tengah kebingungan mencari sebuah kue ulang tahun yang katanya untuk seseorang yang spesial. Untuk pacarnya kurasa. Tapi siapapun perempuan itu sudah pasti dia beruntung sekali. Bagaimana tidak, laki-laki itu terlihat begitu sangat perhatian, peduli, dan rasa sayang yang diperlihatkan pada muka bingungnya ketika mencari kue ulang tahun yang pas untuk seseorang istimewanya itu membuatk...