Akhir Tahun Dan Sebuah Resolusi
Akhir Tahun sepertinya
kurang sedap kalo saya tidak sedikit ngembleh
di blog. Lagi- lagi kelamaan vakum karena sibuk ngarit, hahahha bilang saja sedang musuhan sama laptop, karena
jam-jam prime time untuk menulis,
laptop diserobot sama anak saya yang cakepnya ga ketulungan ;D
Terakhir saya
posting bulan November ya? Atau Oktober? Hahahaha saya sendiri lupa. Luar
biasa. Tepuk tangan sodara-sodara.
Ada banyak hal
yang terlewati, yang terjadi, ada juga yang mugkin tidak perlu lagi
diungkit-ungkit. Di akhir tahun ini saya harus sudah mulai memantapkan hati, ‘ mau menjadi apa saya?’ Ini seolah seperti sebuah epic dalam buku cerita bergambar milik
Vadin yang berjudul, ‘ingin jadi apa kau nanti?’
Ini sudah
kesekian tahun saya bingung melangkahkan kaki dan memantapkan hati. Ini bukan
soal bekerja atau tidak bekerja ya sodaraku. Tapi mungkin lebih kepada
mengikuti kemana passion hidup saya
ini sebetulnya. Sedih kan, di usia yang sudah banyak tapi masih belum menemukan
apa sebetulnya passion hidup saya.
T_T. Inilah salah satu dampak buruk kurikulum sekolahan kita dulu. ( dan
sekarang nyalahin kurikulum, LOL—nyari pembenaran) . Kata suami saya, rata-rata
orang pintar di sekolah dulu justru hidupnya biasa-biasa saja, mengalir begitu
saja mengikuti arus air sungai kemana akan mengalir. Mungkin, posisi jabatannya
akan selalu naik, mendaki, dengan promosi dan kenaikan gaji, tapi hidupnya ya
biasa-biasa saja. Stagnan. Dia sebetulnya bermaksud menyindir saya. Dan ada
benarnya juga, banyak orang sukses dalam kehidupan mereka justru dengan
kehidupan di sekolah yang biasa-biasa saja. Tidak pintar malah ada beberapa
yang DO. Tapi mereka pintar mendapatkan kesempatan di tikungan yang tajam
sekalipun. ( maaf ya, ini tulisannya random dan curhat banget..T_T). Dan saya
merasa 19 tahun mengeyam pendidikan dengan jalan yang lurus, dengan nilai-nilai
yang cukup layak dipajang dengan bingkai emas, dan hanya ada nilai 2 dalam
skorsing karena lupa bawa topi sewaktu upacara, ga pernah macem-macem di
sekolah, pokoknya baik baik banget, dan sekarang rada menyesal dong, hahahha,
kenapa saya dulu ga bandel. ;P Karena faktanya, teman-teman seangkatan saya
yang mungkin dulu niat banget ngebolos, niat banget berkelahi sodara-sodara,
dan entah sudah berapa poin tabungan skors mereka, dan entah sudah ada berapa
banyak catatan hitam di tangan guru BK saat itu, tapi sekarang ada yang jadi seorang
dokter, ada yang jadi dosen, ada juga yang sukses menjadi pengusaha dengan
latar belakang preman sekolah, di sini saya merasa pengen nangis, hahahhha. What a wonderful life. Apakah cerita ini terdengar familiar? What I want to say is..kadang-kadang
karena kita ingin bisa melakukan banyak hal, kita jadi setengah bisa akan satu
hal. Saya menyadari bahwa saya orangnya kurang bisa fokus terutama untuk
menjadi ahli dalam satu bidang tertentu, maruk saya mungkin ya, pengennya semua
dicoba, dijajal, pengen menjadi wanita super. Tapi ternyata hal itu justru
membuat saya kebingungan. Kebingungan mencari hal yang sebetulnya sangat saya
sukai dan ingin saya lakukan di sisa hidup saya. Dan hal yang mengerikan itu adalah ketika
seseorang tidak menyadari dan tidak tahu passion
hidupnya. Itu kayak zombie, hidup
tapi ga bernyawa, ga punya jiwa. Serem kan.
Dan sepertinya begitulah saya. L
Saya cukup
tersentil ketika suatu hari saya melihat ada sebuah lembaga bahasa di kota saya
mentereng berdiri dengan bendera kebangsaannya yang berkibar di pucuk atapnya. Lembaga
itu dulu berdiri dan mulai bersamaan dengan ketika saya juga tengah merintis
sebuah usaha yang sama. Bedanya, setelah menikah, usaha saya tumbang karena
orang-orang perintisnya mulai ga bisa fokus di situ dan karena menemukan partner
yang solid itu luar biasa susah dan rumit. Tapi semua lebih karena saya sendiri
mungkin menyerah di tengah jalan karena suatu hal. Kini, lembaga yang saya ceritakan tadi yang
berdiri dan merintisnya barengan dengan saya, sudah ramai, bahkan konsepnya
makin ke sini makin tidak jauh berbeda dengan apa dulu pernah saya pikirkan dan
saya tuangkan dalam perencanaan. Sedep banget kan, itu rasanya nano nano
banget, terlebih ketika di hari yang lain, saya menemukan di sebuah tempat
nongkrong di kota saya ( beberapa tahun lalu tempat nongkrong jarang banget ada
di kota saya, sekarang udah kayak jamur di musim penghujan) ada semacam
pelatihan bahasa yang lokasinya di kafe. Jadi dia memang sengaja melakukan
kegiatannya di kafe satu dan di kafe yang lainnya. Persis juga seperti yang
dulu pernah saya pikirkan. Di situ saya sungguh merasa banyak waktu saya
tersia. Kenapa semudah itu saya menyerah. Hanya mikirin konsep tapi ga dijalan
jalanin, jadinya ya ga jalan-jalan kan idenya..hahha. Kalo kata suami saya,
intinya ada di istiqomah. Karena
tidak fokus, inginnya melakukan ini itu, jadinya sampai sekarang malah bingung
hendak menjadi apa. Jadi istiqomah itu
mungkin ibarat pelengkap. Menjalani sesuatu dengan sungguh-sungguh dan tidak
perlu sering-sering menoleh ke kanan dan ke kiri, jalani saja, tatap lurus ke
depan, dan yakin. Nah, saya jadi tahu kalau selama ini saya kurang lengkap,
kurang istiqomah. Ibarat masakan, saya kurang micin.
Fokus pada apa
yang ingin saya lakukan agaknya akan menjadi sebuah resolusi yang harus saya kerjakan di sepanjang
tahun depan, nah PR nya hari ini adalah menentukan apa yang sebetulnya
benar-benar ingin saya lakukan. ( semoga yang baca ga ikutan mabok dan stress
yak, ;D) Berhubung tahun baru tinggal
beberapa hari lagi, saya akan semedi malam ini, mencari wangsit, karena agaknya
saya perlu terlahir kembali dengan kekosongan pikiran dan hati agar bisa
menemukan apa yang saya cari.
Jadi selamat
menikmati liburan akhir tahun semuanya!! Selamat tahun baru 2018. Doa yang
terbaik untuk semua. Semangat menjalankan resolusi!!
Komentar
Posting Komentar