Barangkali
setiap kelahiran itu adalah penantian, adalah harapan. Atau barangkali
kelahiran itu melelahkan karena mungkin kita selalu dibuat lupa akan sejatinya
diri dan harus menunggu hingga saat kesadaran itu datang, membuka batin kita
untuk tersedu kemudian. Atau menyadarkan bahwa kita itu sedemikian kecil di
antara partikel-partikel lain di semesta raya ini. Kita mungkin kecil, kita
mungkin tak lebih dari debu, tapi kita juga bisa menjadi berarti. Mencari arti
hidup. Mungkin itulah kelahiran. Pencarian.
Bertambah usia
tak lantas menjadikan manusia itu makin dewasa, makin mengerti dan makin paham.
Banyak juga yang makin tua makin pelupa, Lupa bahwa dia dulu juga melalui
proses menjadi bayi yang sedang belajar melihat, belajar mendengar, dan belajar
berbicara. Lupa bahwa kita dulu berawal dari raga yang tidak bisa melakukan
apa-apa selain menangis dan sesekali mengoceh. Insting seseorang ketika menjadi
bayi mungkin lebih tajam daripada kala mereka beranjak besar. Seorang bayi
begitu amat polos dan jujur. Pertambahan usia kadang pun bisa menjadi mimpi
buruk. Bisa menjadi boomerang karena kita tidak siap. Karena tabur tuai itu
pasti. Karena lebih dari apapun, kehidupan itu hanya sekejap mata. Pencarian
teruslah dilakukan setiap harinya, sepanjang usia. Beruntunglah bagi siapapun
yang mampu menemukan sebelum masa pencarian itu berakhir.
Cita-cita saya
sederhana, menemukan. Karena pencarian saya belumlah usai.
Karena inti dari kehidupan adalah proses mencari. Pun resiko paling buruk adalah dilahirkan kembali. Dan dibuat lupa lagi. Melebur ke dalam proses itu menjadi hal yang luar biasa. Kita bisa belajar dari air, dari akar, dari udara bahkan kita bisa belajar dari burung-burung, dan ikan. Alam semesta ini tidaklah berproses tanpa keteraturan. Simaklah. Dengarkanlah. Alam ini mengajak kita duduk berdua dan bercengkrama. Rasa akan hadir sebagai jembatan. Jembatan agar kita kembali mengingat bahwa kita pernah menjadi bayi dan anak-anak. Mengingat bahwa kita ini serupa pohon yang menjulang tinggi, dan masih berada di petak yang sama.
sebuah refleksi di saat usia bertambah lagi sehari.
semilir, 7 Maret 2018
Komentar
Posting Komentar