OBROLAN BODOH tentang JODOH
Baru kali ini aku menulis dengan membuat judulnya terlebih dahulu. Jodoh dan bukan bodoh. Sudah cukup banyak aku menulis tentang kebodohan-kebodohan yang terjadi. Mungkin ini waktunya aku bisa bermain dengan sesuatu yang membuat hidup berwarna-warni. Jodoh.(mungkin menuliskan topic ini pun sudah menjadi kelihatan bodoh juga :P)
Sampai saat ini, jujur saja, aku masih tidak mengerti bagaimana kinerja Tuhan mempertemukan dua orang manusia dan memberikan cinta satu sama lain diantaranya.
Bagaimana semesta mengamini sepasang manusia untuk berikrar dan kemudian mengikatkan diri untuk menjadi partner hidup selamanya. Ternyata setelah kualami perjalanan demi perjalanan kisah asmaraku (eheem) aku tetap saja masih bingung. Aku bisa bilang, dulu aku juga merasa jatuh cinta dengan seseorang, bahkan sampai meraung-raung bak sirene aku menangis berhari-hari karena merindukan kekasih yang telah pergi. Bagaimana tidak ketika perjalanan itu tidak berhenti sampai di sana. Ada saja kisah yang mengikuti setelahnya. Aku bukan mau numpang curhat, meski sebetulnya sah-sah saja kalaupun aku ingin curhat di blog pribadiku, tapi yang ingin kusampaikan di sini adalah bahwa kisah happy ending yang kutonton di film-film baik western collection ataupun Korean, tetaplah tidak mampu menggambarkan betapa dahsyatnya kekuatan orang yang sedang jatuh cinta itu. They just act! And what we face on is the real. Bahkan, semakin ke sini aku menyadari bahwa kisah happy ending itu hanyalah rekaan semata, konsumsi pasar. Karena kalau kita mau belajar,Happy ending itu bukanlah akhirnya yang kita harapkan tapi bagaimana kita mau menikmati setiap perjalanan, menikmati proses pertemuan dan perpisahan dengan orang-orang yang kita cintai dan kasihi. Bahkan air mata meraung-raung tadi pun bisa saja kusebut dengan happy ending, pasalnya, rahasia Tuhan itu lho yang aku masih saja tetap ngga tau,siapa yang sangka bahwa memang jauh lebih baik meraung-raung kesakitan dan terluka di awal, hingga pada suatu saat kita yakin bahwa Tuhan memang selalu dan akan mempertemukan kita dengan orang yang tepat as a partner of life.
Sungguh ajaib, kalau dipikir-pikir ngapain juga ya aku dulu sampai segitunya jatuh cinta dengan seseorang,bahkan rela menunggunya berpisah dengan pacarnya saat itu, segitunya aku rela dijadikan nomor dua, atau bahkan no yang sekian, bahkan sebegitu bodohnya aku bisa-bisanya jatuh cinta ama seorang cowok yang jelas-jelas dia punya predikat playboy sedari orok, well, love is just love. When you are falling in love, you just fall……….Oh iya, pengalamanku dan juga pengalaman orang-orang yang di sekitarku bahwa kebanyakan dari hubungan dua orang manusia lawan jenis yang dilandasi oleh rasa persahabatan di awal ( sahabat deketlah, kawan baiklah) berakhir tidak sukses. Saranku sih, paling oke, kalau kamu belum cukup dewasa untuk mengenal rasa mengasihi dan menyayangi yang sebenarnya itu apa, sebaiknya hindari punya hubungan lebih dengan sahabat baik. Karena selama kita masih dalam proses mencari, ujung-ujungnya pasti sakit hati, dan hubungan pertemanan akan berakhir kayak perang dingin. Trust me! Apalagi kalo usia-usia kita masih dalam usia pencarian jati diri (ini ngga hanya dimaksudkan untuk usia-usia tertentu lho, tapi lebih masalah kematangan jiwa ;D)
Tapi, satu yang menarik yang kudapat dari pengalaman-pengalaman itu, adalah bahwa pengalaman itu bekal kita untuk menyikapi banyak hal yang akan terjadi di kemudian hari.
Masalah jodoh pun,kalau kita mau berpikir dengan lebih bijak, simple sekali. Dia tidak berada jauh di dekatmu, makanya nyak babe kita dulu sering sekali bilang, carilah teman sebanyak-banyaknya, bergaulah dengan banyak komunitas. Usut punya usut, ternyata selain kita jadi terbuka wawasannya karena kenal berbagai macam karakter manusia, kita juga bertemu dengan jodoh kita. Hem, jadi menurutku jodoh itu ada di tangan kita (tidak bermaksud menafikan bahwa Tuhan trus tidak punya campur tangan yang hebat dalam hal ini lho yaaa). Kenapa di tangan kita, karena kalau memang jodoh kita ada di dekat kita, kita mau partner hidup kita yang seperti apa, berteman saja sebanyak-banyaknya dengan orang-orang yang sepertinya akan membawa kita menemukan “jodoh” yang kita mau itu. Trik lama sih, banyak suksesnya. Rasanya kok obrolannya makin kemana-mana ya. Jadi bodoh beneran begitu ngomongin masalah jodoh. Hem, poin pentingnya sih bukan kita mau jodoh yang kayak apa trus kita cari komunitas atau teman-teman yang bisa jadi kandidat calon partner hidup kita, tapi biarkan saja kisah asmara itu mengalir. Karena lagi-lagi opini pribadiku yang ngawur, meyakini bahwa cinta sejati itu adalah cinta yang selalu tumbuh menguat bersama, dalam suka duka, dalam sedih senang, dalam sakit ataupun sehat. Simple, tapi bagaimanapun banyak orang yang lupa, karena menjalankan kisah kasih itu juga sejalan dengan kisah kehidupan kita, jatuh bangun, naik turun, pasang surut, dan seterusnya. Makanya tadi aku bilang happy ending itu hanyalah rekaan semata. Yang mencoba mencari happy ending,aku yakin bahwa mereka hanya akan menemukan kekecewaan. (sorry to say that dear…)
Baiklah,saya sepertinya sudah benar-benar menjadi bodoh dengan obrolan jodoh kali ini. Saya akhiri saja. Saya harap, kisah asmara saya kali ini pun adalah menjadi perjalanan cinta terakhir yang terbaik yang Tuhan berikan dalam kehidupan saya. Amiiin.
Semilir berbunga-bunga, menanti akhir pekan.
Tue, 11th of Sept 2012.
p.s luv u, Madu
dongeng Si Gajah dan Si Badak April 14th, 2008 Suatu hari di sebuah hutan belantara tampaklah seekor gajah yang berbadan besar dengan belalai panjangnya sedang bercengkrama dengan seekor badak. Si Badak terpesona melihat dua gading gajah yang membuat Si Gajah makin terlihat gagah. Kemudian Si Badak bertanya " Jah…Gajah…kok kamu bisa punya sepasang cula yang hebat begitu bagaimana caranya tho?…kamu terlihat semakin gagah saja". Lantas dengan bangga Si Gajah pun bercerita tentang puasa tidak makan tidak minumnya selama 80 hari. Berkat puasa itulah Si Gajah bisa mendapatkan cula yang hebat seperti yang Badak lihat sekarang. Akhirnya karena Si Badak juga ingin tampil gagah, dia pun mulai menjalani puasa 80 harinya seperti yang Si Gajah lakukan. Seminggu kemudian…… "Ahhh…enteeeeeng…." Badak sesumbar. Dua minggu berikutnya…… Si BAdak mulai sedikit lemas, dia masih bertahan meski rasa lapar, rasa haus kian menghantuinya. Dia iri melih
Komentar
Posting Komentar