Langsung ke konten utama

kisahkopipenghangat

kisahkopipenghangat
December 2nd, 2007
Hujan turun lagi.Membasahi pikiranku dengan sebuah angan.Meredakan ambisiku yang tiada berkesudahan. Aku kini sedang berteman dengan jam dinding dan secangkir kopi panas.Melihat uap panasnya yang melayang-layang ke udara kemudian menghilang membuatku sedikit iri. Aku ingin seperti uap panas itu….menghangatkan dan kepergiannya dirindukan…akh…tapi tidak. Uap itu memang hangat, dia memang dirindukan tapi akan ada lagi uap-uap berikutnya yang datang dibelakangnya. Dan aku menjadi tidak lagi berbeda. Kalo begitu aku urungkan niatku menjadi uap hangat itu.Terdengar suara detak jam dinding…aku kembali mempertajam pendengaranku, itu suara detak jam atau suara detak jantungku??!….
Jantungku pun kini tengah berdetak tak karuan rasanya. Seperti novel-novel roman picisan saja agaknya. Aku sedang memikirkannya, tapi anganku memaksaku untuk kembali. PAda dunia yang nyata dan dunia yang sebenarnya.
Hari ini,..ditemani secangkir kopi hangat dan sebuah jam dinding, aku memulai untuk melangkah. Ke sebuah tempat dimana aku dapat menemukannya.
Dan semoga semua ini ada jawabannya, dan memang itu jawabannya. Semoga. Dan entah sampai kapan ini akan berubah menjadi sebuah mantra pembebas.

Pergilah ke dunia dimana ilusi dapat menjadi nyata di sana. Sedangkan aku hanya ingin berkata dalam diam…akh…tidak..tidak, aku akan berkata dengan lantang dan tegas. Aku tidak akan diam.

Aku buru-buru meminum kopi yang sedang meracuni pikiranku, takut kalau dia berubah menjadi dingin dan beku. Uapnya menghilang, jejaknya pun tak ada. Tapi jejak yang lain masih tertancap jelas di sudut kanan otakku.

Aku akan berterimakasih pada dia. PAda banyak hal yang tak terduga datangnya. PAda semua emosi yang kembali kini. Pada semua luka yang hilang kini. PAda sebuah sisipan kisah yang kuharap tak akan menjadi bagian ‘tidak penting’ dalam perjalananku. PAda sesuatu yang hangat yang rasanya bagai kopi. Pahit tapi menarik, pahit tapi unik, dan pahit tapi terkadang juga manis.

"terima kasih" akhirnya aku mengatakannya.

-yangmasihberdebardebar-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

dongeng Si Gajah dan Si Badak

dongeng Si Gajah dan Si Badak April 14th, 2008 Suatu hari di sebuah hutan belantara tampaklah seekor gajah yang berbadan besar dengan belalai panjangnya sedang bercengkrama dengan seekor badak. Si Badak terpesona melihat dua gading gajah yang membuat Si Gajah makin terlihat gagah. Kemudian Si Badak bertanya " Jah…Gajah…kok kamu bisa punya sepasang cula yang hebat begitu bagaimana caranya tho?…kamu terlihat semakin gagah saja". Lantas dengan bangga Si Gajah pun bercerita tentang puasa tidak makan tidak minumnya selama 80 hari. Berkat puasa itulah Si Gajah bisa mendapatkan cula yang hebat seperti yang Badak lihat sekarang. Akhirnya karena Si Badak juga ingin tampil gagah, dia pun mulai menjalani puasa 80 harinya seperti yang Si Gajah lakukan. Seminggu kemudian…… "Ahhh…enteeeeeng…." Badak sesumbar. Dua minggu berikutnya…… Si BAdak mulai sedikit lemas, dia masih bertahan meski rasa lapar, rasa haus kian menghantuinya. Dia iri melih...

Sebuah esai tentang kebudayaan bersifat simbolik

Di sebuah stasiun TV Swasta terlihat ada sebuah penayangan mengenai kehidupan sebuah suku yang masih kental dengan keprimitifannya. Sebut saja salah satu suku di Afrika. Tampak di sana sekelompok manusia berpakaian seadanya, sedang duduk mengelilingi api unggun. Kepala suku mereka sedang menceritakan kepada anggota kelompoknya yang lain, menceritakan mengenai sebuah batu yang tiba-tiba saja terlempar dari arah gunung berkapur hingga hampir membuatnya celaka, hingga detik itu juga dia, selaku kepala suku di sana menyatakan bahwa benda tersebut adalah ‘benda jahat atau benda setan’. Simbol tersebut dia gunakan sebagai bentuk kekhawatirannya terhadap anggota kelompoknya yang lain, sehingga mendorong agar anggota yang lain selalu waspada. Bentuk pengungkapan itu membudaya dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Hingga kemudian manusia menjadi lebih pandai dan cerdas hingga benda yang disebut-sebut sebagai benda jahat itu hanyalah sebuah bongkahan batu yang secara tidak sengaja terlempa...

SANGIRA

Sangira Sang, Hujan mau datang lagi. Sudikah kiranya dirimu antarku pulang? Sang, kukecilkan pakaian-pakaian longgarmu, ambillah, sudah kutaruh di almari. Aku mau pulang, Sang. Aku tidak bisa berlama-lama lagi di sini. Di tempat ini. Aku takut, Sang. Tempat ini sudah sangat berbeda, kita tidak bisa lagi main-main dengan Hujan seperti dulu. Masih ingatkah engkau pada bunyi kecipak-cipak air yang main lompat di kubangan lumpur, Sang? Aku rindu. Aku mau pulang, Sang…. Seperti memang sudah berjodoh, aku bertemu lagi dengan laki-laki berkemeja garis-garis biru yang kemarin aku temui di sebuah toko kue. Dia tengah kebingungan mencari sebuah kue ulang tahun yang katanya untuk seseorang yang spesial. Untuk pacarnya kurasa. Tapi siapapun perempuan itu sudah pasti dia beruntung sekali. Bagaimana tidak, laki-laki itu terlihat begitu sangat perhatian, peduli, dan rasa sayang yang diperlihatkan pada muka bingungnya ketika mencari kue ulang tahun yang pas untuk seseorang istimewanya itu membuatk...