Love In a Frog
“Waaaaa!!!! Katakkkkkk!!!!!” seluruh anak cewek kelas XI IPA 2 pada teriak kaget saat pelajaran kimia berlangsung, tiba-tiba banyak banget katak yang berlompatan ke sana kemari. Ngebuat suasana di kelas itu ribut dan amburadul. Hahahaha..kebayangkan gimana kacaunya tu kelas. Mana harusnya pas saat itu lagi serius-seriusnya diterangin masalah atom dan molekul, eeeeeh…tau-tau nongol katak-katak yang ngga tau sikon. Bukannya jijik tapi cewek item manis berambut ikal ini malah tersenyum meringis.
“Lala!!!! Kamu lagi ya yang bawa katak-katak itu! Cepat beresin!!” Bu Andien, guru kimianya ngebentak dia sambil terus berupaya menjauhkan diri dari katak-katak yang berlompatan itu.
“Tnang ja, Bu mereka baik kok! Cuma mo kenalan aja!” katanya enteng.
Lala adalah satu-satunya anak manusia di SMA N 1 yang maniak banget ama yang namanya katak. Bahkan dia pun menamai katak-katak peliharaannya, biar terkesan akrab gitu..(iiiiihhhh…kebayang ngga sih??!!!).Obsesinya terhadap binatang amfhibi ini ditunjukkan dengan pernak-pernik yang selalu setia nemenin dia. Mulai dari tas kerokeropinya, jepit-jepit rambutnya, bros, pin, pokoknya jangan kaget begitu masuk di kamarnya banyaaaaaakkkk bangeeet pernak-pernik yang berbau-bau Mr. katak bin kodok itu. Binatang peliharaannya aja katak, bikin anak-anak cewek di sekolahnya pada ogah-ogahan kalo di suruh maen ke rumahnya. Lala tu anak yang percaya ama yang namanya dongeng. Satu-satunya dongeng yang bikin dia gila kodok kayak sekarang ini ya apalagi kalo bukan dongeng yang punya judul “Pangeran katak”. Dalam khayalannya dia selalu bermimpi bahwa suatu hari nanti bakal ada seekor katak yang ketika dia cium Wuuuussshhh berubah jadi pangeran yang cuakeeepnya ngalahin BradPitt, Keanu Reeves, pokoknya semua cowok-cowok keren di dunia. Ngimpi deh sono! Begitu kata Ria, satu-satunya anak cewek yang mo jadi sahabat deketnya, yang tentunya ngga parno ngeliat hobi ajaib si Lala itu. Dan begitulah yang terjadi setiap harinya, tas sekolahnya tak pernah tidak berisikan katak-katak temuannya, yang selalu berhasil membuat keributan di kelas, yang tak urung pada akhirnya juga dia mendapat peringatan dari Kepsek.
“Ya, salah apa coba kalo aku bawa katak-katak lucu ini ke skul…” tanya Lala pada Ria sahabatnya suatu hari.
“Luuucuuu???...lucu darimana coba?! Ya iyaaaalah salah. Ngga semua orang tuh suka ama katak. Apalagi kamu sendiri tau juga kan kalo kebanyakan anak cewek di kelas kita tuh pada jijik ama katak. Kamu juga gila sih! Bawa peliharaan ke sekolah, mana katak kayak gitu lagi…” Ria agak merinding melihat seekor katak yang kini tengah ada di tangan sahabatnya itu. Cloudy begitu Lala menyebut kataknya itu.
“Nah, tempo dulu pas kita di lab itu, aku ngga disalahin kalo bawa katak-katakku.” Lala mencoba mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.
“Yeeee…emang pas itu peranan katak-katak kamu dibutuhin banget buat percobaan biologi kita.”
“Nah, kan… pada dasarnya aku ngga rela kalo katak-katak manis ini hanya dibutuhin kalo pas lagi pada mo dicincang buat bahan penelitian. Kejam tau.” Lala mengelus-elus kataknya dengan penuh rasa sayang, yang ngebikin Ria tambah mengerutkan dahinya, heran plus ngeri.
“La, dimasukin aja gih ke dalam tempatnya. Agak gimana gitu ngeliat kamu ngelus-elus gitu.”
Lala mengecup katak kesayangannnya sebelum memasukkannya ke tempatnya bersama teman-teman ijonya yang lain. Tapi tiba-tiba katak kesayangannya melompat keluar dari genggamannya. “Aduh, gawat Cloudy thayankku!” pekiknya. Satu jam telah berlalu namun Lala dibantu Ria tentunya tak juga menemukan Cloudy katak kesayangan Lala itu. Hingga akhirnya sebuah kolam besar yang lumayan terkenal kotor en berlumpur di belakang sekolah membentang di hadapan mereka.
“Eh, La itu si Cloudy bukan.” Ria menunjuk sebuah katak yang baru asyik nangkring di atas daun talas.
“Bukan,….” Lala menggeleng. “tapi…itu sih kayaknya Windy katakku yang ilang beberapa hari yang lalu.
“Windy???? Kamu ini ngasih nama aneh-aneh deh. Lagian apa bedanya si Cloudy ama si Windy? Perasaan semua katak yang kulihat sama semua. Aneh kamu tuh.” Ria makin mengerutkan dahinya.
“Kalo ngga bisa ngebedain katak-katak peliharaannya jangan panggil aku Lala.” Lala menepuk dadanya. Sombong. Tiba-tiba mata Lala beralih pada seekor katak yang berada tepat di belakang Windy salah satu kataknya yang lain. “Nah, tu dia si Cloudy!!!!” Lala berteriak girang. Lala menyeret Ria menuju ke tempat Cloudy berpijak. Dengan malas-malasan Ria melangkahkan kakinya. Sesampainya di tepi kolam Ria menghentikan langkahnya.
“Knapa berhenti? Ayo ikut masuk!” Lala mengajak Ria untuk ikut berbasah-basah ria di dalam kolam. Tapi seperti biasa Ria ogah kalo terpaksa mengorbankan kakinya yang mulus terendam di air kolam yang gelap dan kotor itu. Dan hanya karena seekor..upss salah, dua ekor katak milik si Lala itu. Ria hanya menggelengkan kepalanya dan dengan senyum simpulnya dia mempersilakan Lala menangkap si Cloudy dan si Windy sendirian.
“Waahh tega kamu, Ya!” Lala merengut.
“ Yeeee…kalo kamu maksa aku ikutan berlumpur-lumpur kayak kamu sekarang berarti kamu dong yang tega ma aku.” Ria membalas balik.
“Iya…aku ngerti tuan putri.” Lala pun menghilang di balik rerimbunan daun-daun talas.
“Cloudy…Windy..tenang ya…jangan pada lari lagi…ini Lala…Lala yang baek hati dan tidak sombong itu. Yang tiap pagi ngasih kalian berdua makan, yang paling memahami kalian. Makanya jangan maen kabur ya….sini Windy thayank..” Lala persis kayak orang gila, ngomong kok ama binatang. Tapi itulah bentuk kasih sayangnya terhadap katak-kataknya, tentu aja.
Si Windy justru malah memelototi Lala. Dan begitu tangan Lala berhasil menangkapnya Windy meronta dan sekali lagi Windy melompat menjauh.
“Akhhh…Shit!” Lala mengumpat. Pandangannya beralih pada Cloudy yang tetap tenang menghadapi Lala. Lala berjalan mengendap, pelan. Persis kayak maling. Namun begitu Lala hendak meraih si Cloudy dia jatuh terjerembab.Jadi bisa dibayangkan bajunya dari atas dan bawah basah, rata dengan air. Begitu terbangun,di hadapannya telah berdiri tegak seorang cowok yang tersenyum manis di depannya.
“Hah??!! Kamu siapa??” Lagi-lagi cowok itu hanya tersenyum.
“YAaaaaaaa!!Riaaaaaaaaa!!! Kemariiii doonnnk!!!!!” Lala berteriak kencang agar Ria yang ada di luar kolam sono tau apa yang dia liat. Tapi teriakannya terhenti di saat sebuah tangan besar membungkam mulutnya.
“Hey, La. Kamu jangan teriak-teriak kenceng gitu ngapa sih!! Katak-katak di sini jadi pada ketakutan denger teriakan kamu tau??!!! Cowok itu membuat Lala terdiam, meski tangan besarnya tak lagi membungkam mulutnya. Namun tu cowok seperti kehilangan keseimbangannya, tiba-tiba tubuhnya makin lama makin condong ke depan, hingga akhirnya tubuhnya menubruk tubuh Lala dan tak dapat dielak lagi, mereka berdua terjatuh di kolam yang kotor itu.
“Kamu tuh! Cepetan nyingkir dong! Ga bisa berdiri nie aku kalo kamu ngga nglepasin pelukanmu ini!” Lala sewot, meski ngga dapat disangkal jantungnya deg-degan tak karuan dipeluk cowok manis macam dia ini.
“Upppss…sori La! Tadi serasa ada yang ngedorong gitu dari belakang.”
“LALA!!!! Kamu dima…..na??!!! Kalian ngapain??” Ria kaget melihat pemandangan di hadapannya itu. Buru-buru tu cowok melepaskan pelukannya.
“Ngga ngapa-ngapain kok, Ya. Otak kamu jangan ngeres gitu dong ah! Ni tadi dia tiba-tiba jatuh.” Lala mencoba berdiri, dibantu cowok manis itu tentunya. Tiba-tiba pandangannya beralih pada seekor katak yang kini ada di belakang tu cowok. “Minggir donk..,”
“Ada apa siih?? Aha…” Pandangannya pun beralih pada seekor katak yang jadi pusat perhatian Lala.
“Cloudyyyyy!!....”
Setelah dipastikan ternyata tu katak adalah si Cloudy, katak kesayangan si Lala, setelah berhasil memasukkan Cloudy di sebuah toples yang banyak lubangnya, Lala meneruskan ekspedisinya mencari Windy katak lucunya yang lain. Dibantu cowok manis itu tentunya. Sambil bercerita panjang lebar. Karena tanpa babibu Ria langsung ngeblas pulang, karena capek dan bosan menunggu Lala sahabatnya.
“Oooo ternyata kamu pengemar katak juga ya??!” Lala merasa senang, merasa baru kali ini ada orang yang sehobi dengannya.
“Iya. Udah lama juga sih, tapi alasannya ngga kayak kamu yang suka katak gara-gara dongeng konyol itu.”
“Konyol gimana??!! Enak aja! Romantis tauk! Ntar deh, liat aja kalo aku bisa menemukan pangeranku itu.” Lala agak sewot karena ada yang mengecam impiannya itu.”…tapi…kayaknya dongeng itu beneran terjadi deh, meski ga harus dari katak beneran.” Lala tiba-tiba melirik ke arah tu cowok.
“Maksudnya??” Cowok itu mengernyitkan dahinya.
“Rahasia.” Lala tersenyum penuh arti.
# # #
Siapa ya dia? Masa aku jadi terus mikirin dia gini sih. Toh dia bukan my frog prince. Dasar sinting aku! Lala berbicara pada dirinya sendiri. Tapi….kok pas ketemu dia aku deg-degan terus ya?? Udah beberapa hari ini bawaanku pengen ketemu mlulu ma dia. Ya ampuuuunnnn aku jatuh cinta??? Ngga mungkin, namanya aja aku ngga tau….!!! Tapi kenapa dia tau kalo aku penggila dongeng katak itu? Siapa sih dia?
Lala menggenggam erat si Cloudy, hendak menciumnya lagi tapi…tiba-tiba dia terperanjat. “Hah!?? Ini kan si Windy?? Trus Cloudy?? Oh…God!!!” Lala menepuk keningnya. “Masih ada di kolam.”
Meski hari udah menunjukkan pukul tujuh malem, Lala dengan berani melangkahkan kakinya menuju ke gedung sekolahnya, begitu gedung tua itu telah berdiri kokoh di hadapannya, Lala langsung tanpa babibu menuju kolam di belakang sekolahnya.
Lagi-lagi dia harus rela berbasah-basah ria demi mencari Cloudy, katak kesayangannya. Dengan sebuah senter di tangannnya dia mulai berkeliling. Di sudut kanan, di pojok kiri semua udah dia jelajahi, namun bukan Cloudy yang dia temukan, hanya ada katak-katak lain, serta ikan-ikan kecil.
“Sreekk…sreeekk” terdengar suara berisik di balik semak-semak. Lala terdiam, mengambil napas panjang takut kalo ternyata di balik rimbunnya semak itu ada binatang buas, ato sebangsanya. Tiba-tiba muncul sesosok wajah manis yang udah dia rindukan sejak berjam-jam lalu.
“Kamu????” Lala tersenyum senang. Cowok itu melemparkan senyum manisnya juga buat Lala.
“Hai.” sapanya
“Kamu tu siapa sih sebenarnya ?” Akhirnya Lala mempertanyakan penasarannya.
“Aku Cloudy-mu itu.”
“Hah??!!” Lala menarik napas panjang.
The end
(Agustus 2006)
“Waaaaa!!!! Katakkkkkk!!!!!” seluruh anak cewek kelas XI IPA 2 pada teriak kaget saat pelajaran kimia berlangsung, tiba-tiba banyak banget katak yang berlompatan ke sana kemari. Ngebuat suasana di kelas itu ribut dan amburadul. Hahahaha..kebayangkan gimana kacaunya tu kelas. Mana harusnya pas saat itu lagi serius-seriusnya diterangin masalah atom dan molekul, eeeeeh…tau-tau nongol katak-katak yang ngga tau sikon. Bukannya jijik tapi cewek item manis berambut ikal ini malah tersenyum meringis.
“Lala!!!! Kamu lagi ya yang bawa katak-katak itu! Cepat beresin!!” Bu Andien, guru kimianya ngebentak dia sambil terus berupaya menjauhkan diri dari katak-katak yang berlompatan itu.
“Tnang ja, Bu mereka baik kok! Cuma mo kenalan aja!” katanya enteng.
Lala adalah satu-satunya anak manusia di SMA N 1 yang maniak banget ama yang namanya katak. Bahkan dia pun menamai katak-katak peliharaannya, biar terkesan akrab gitu..(iiiiihhhh…kebayang ngga sih??!!!).Obsesinya terhadap binatang amfhibi ini ditunjukkan dengan pernak-pernik yang selalu setia nemenin dia. Mulai dari tas kerokeropinya, jepit-jepit rambutnya, bros, pin, pokoknya jangan kaget begitu masuk di kamarnya banyaaaaaakkkk bangeeet pernak-pernik yang berbau-bau Mr. katak bin kodok itu. Binatang peliharaannya aja katak, bikin anak-anak cewek di sekolahnya pada ogah-ogahan kalo di suruh maen ke rumahnya. Lala tu anak yang percaya ama yang namanya dongeng. Satu-satunya dongeng yang bikin dia gila kodok kayak sekarang ini ya apalagi kalo bukan dongeng yang punya judul “Pangeran katak”. Dalam khayalannya dia selalu bermimpi bahwa suatu hari nanti bakal ada seekor katak yang ketika dia cium Wuuuussshhh berubah jadi pangeran yang cuakeeepnya ngalahin BradPitt, Keanu Reeves, pokoknya semua cowok-cowok keren di dunia. Ngimpi deh sono! Begitu kata Ria, satu-satunya anak cewek yang mo jadi sahabat deketnya, yang tentunya ngga parno ngeliat hobi ajaib si Lala itu. Dan begitulah yang terjadi setiap harinya, tas sekolahnya tak pernah tidak berisikan katak-katak temuannya, yang selalu berhasil membuat keributan di kelas, yang tak urung pada akhirnya juga dia mendapat peringatan dari Kepsek.
“Ya, salah apa coba kalo aku bawa katak-katak lucu ini ke skul…” tanya Lala pada Ria sahabatnya suatu hari.
“Luuucuuu???...lucu darimana coba?! Ya iyaaaalah salah. Ngga semua orang tuh suka ama katak. Apalagi kamu sendiri tau juga kan kalo kebanyakan anak cewek di kelas kita tuh pada jijik ama katak. Kamu juga gila sih! Bawa peliharaan ke sekolah, mana katak kayak gitu lagi…” Ria agak merinding melihat seekor katak yang kini tengah ada di tangan sahabatnya itu. Cloudy begitu Lala menyebut kataknya itu.
“Nah, tempo dulu pas kita di lab itu, aku ngga disalahin kalo bawa katak-katakku.” Lala mencoba mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.
“Yeeee…emang pas itu peranan katak-katak kamu dibutuhin banget buat percobaan biologi kita.”
“Nah, kan… pada dasarnya aku ngga rela kalo katak-katak manis ini hanya dibutuhin kalo pas lagi pada mo dicincang buat bahan penelitian. Kejam tau.” Lala mengelus-elus kataknya dengan penuh rasa sayang, yang ngebikin Ria tambah mengerutkan dahinya, heran plus ngeri.
“La, dimasukin aja gih ke dalam tempatnya. Agak gimana gitu ngeliat kamu ngelus-elus gitu.”
Lala mengecup katak kesayangannnya sebelum memasukkannya ke tempatnya bersama teman-teman ijonya yang lain. Tapi tiba-tiba katak kesayangannya melompat keluar dari genggamannya. “Aduh, gawat Cloudy thayankku!” pekiknya. Satu jam telah berlalu namun Lala dibantu Ria tentunya tak juga menemukan Cloudy katak kesayangan Lala itu. Hingga akhirnya sebuah kolam besar yang lumayan terkenal kotor en berlumpur di belakang sekolah membentang di hadapan mereka.
“Eh, La itu si Cloudy bukan.” Ria menunjuk sebuah katak yang baru asyik nangkring di atas daun talas.
“Bukan,….” Lala menggeleng. “tapi…itu sih kayaknya Windy katakku yang ilang beberapa hari yang lalu.
“Windy???? Kamu ini ngasih nama aneh-aneh deh. Lagian apa bedanya si Cloudy ama si Windy? Perasaan semua katak yang kulihat sama semua. Aneh kamu tuh.” Ria makin mengerutkan dahinya.
“Kalo ngga bisa ngebedain katak-katak peliharaannya jangan panggil aku Lala.” Lala menepuk dadanya. Sombong. Tiba-tiba mata Lala beralih pada seekor katak yang berada tepat di belakang Windy salah satu kataknya yang lain. “Nah, tu dia si Cloudy!!!!” Lala berteriak girang. Lala menyeret Ria menuju ke tempat Cloudy berpijak. Dengan malas-malasan Ria melangkahkan kakinya. Sesampainya di tepi kolam Ria menghentikan langkahnya.
“Knapa berhenti? Ayo ikut masuk!” Lala mengajak Ria untuk ikut berbasah-basah ria di dalam kolam. Tapi seperti biasa Ria ogah kalo terpaksa mengorbankan kakinya yang mulus terendam di air kolam yang gelap dan kotor itu. Dan hanya karena seekor..upss salah, dua ekor katak milik si Lala itu. Ria hanya menggelengkan kepalanya dan dengan senyum simpulnya dia mempersilakan Lala menangkap si Cloudy dan si Windy sendirian.
“Waahh tega kamu, Ya!” Lala merengut.
“ Yeeee…kalo kamu maksa aku ikutan berlumpur-lumpur kayak kamu sekarang berarti kamu dong yang tega ma aku.” Ria membalas balik.
“Iya…aku ngerti tuan putri.” Lala pun menghilang di balik rerimbunan daun-daun talas.
“Cloudy…Windy..tenang ya…jangan pada lari lagi…ini Lala…Lala yang baek hati dan tidak sombong itu. Yang tiap pagi ngasih kalian berdua makan, yang paling memahami kalian. Makanya jangan maen kabur ya….sini Windy thayank..” Lala persis kayak orang gila, ngomong kok ama binatang. Tapi itulah bentuk kasih sayangnya terhadap katak-kataknya, tentu aja.
Si Windy justru malah memelototi Lala. Dan begitu tangan Lala berhasil menangkapnya Windy meronta dan sekali lagi Windy melompat menjauh.
“Akhhh…Shit!” Lala mengumpat. Pandangannya beralih pada Cloudy yang tetap tenang menghadapi Lala. Lala berjalan mengendap, pelan. Persis kayak maling. Namun begitu Lala hendak meraih si Cloudy dia jatuh terjerembab.Jadi bisa dibayangkan bajunya dari atas dan bawah basah, rata dengan air. Begitu terbangun,di hadapannya telah berdiri tegak seorang cowok yang tersenyum manis di depannya.
“Hah??!! Kamu siapa??” Lagi-lagi cowok itu hanya tersenyum.
“YAaaaaaaa!!Riaaaaaaaaa!!! Kemariiii doonnnk!!!!!” Lala berteriak kencang agar Ria yang ada di luar kolam sono tau apa yang dia liat. Tapi teriakannya terhenti di saat sebuah tangan besar membungkam mulutnya.
“Hey, La. Kamu jangan teriak-teriak kenceng gitu ngapa sih!! Katak-katak di sini jadi pada ketakutan denger teriakan kamu tau??!!! Cowok itu membuat Lala terdiam, meski tangan besarnya tak lagi membungkam mulutnya. Namun tu cowok seperti kehilangan keseimbangannya, tiba-tiba tubuhnya makin lama makin condong ke depan, hingga akhirnya tubuhnya menubruk tubuh Lala dan tak dapat dielak lagi, mereka berdua terjatuh di kolam yang kotor itu.
“Kamu tuh! Cepetan nyingkir dong! Ga bisa berdiri nie aku kalo kamu ngga nglepasin pelukanmu ini!” Lala sewot, meski ngga dapat disangkal jantungnya deg-degan tak karuan dipeluk cowok manis macam dia ini.
“Upppss…sori La! Tadi serasa ada yang ngedorong gitu dari belakang.”
“LALA!!!! Kamu dima…..na??!!! Kalian ngapain??” Ria kaget melihat pemandangan di hadapannya itu. Buru-buru tu cowok melepaskan pelukannya.
“Ngga ngapa-ngapain kok, Ya. Otak kamu jangan ngeres gitu dong ah! Ni tadi dia tiba-tiba jatuh.” Lala mencoba berdiri, dibantu cowok manis itu tentunya. Tiba-tiba pandangannya beralih pada seekor katak yang kini ada di belakang tu cowok. “Minggir donk..,”
“Ada apa siih?? Aha…” Pandangannya pun beralih pada seekor katak yang jadi pusat perhatian Lala.
“Cloudyyyyy!!....”
Setelah dipastikan ternyata tu katak adalah si Cloudy, katak kesayangan si Lala, setelah berhasil memasukkan Cloudy di sebuah toples yang banyak lubangnya, Lala meneruskan ekspedisinya mencari Windy katak lucunya yang lain. Dibantu cowok manis itu tentunya. Sambil bercerita panjang lebar. Karena tanpa babibu Ria langsung ngeblas pulang, karena capek dan bosan menunggu Lala sahabatnya.
“Oooo ternyata kamu pengemar katak juga ya??!” Lala merasa senang, merasa baru kali ini ada orang yang sehobi dengannya.
“Iya. Udah lama juga sih, tapi alasannya ngga kayak kamu yang suka katak gara-gara dongeng konyol itu.”
“Konyol gimana??!! Enak aja! Romantis tauk! Ntar deh, liat aja kalo aku bisa menemukan pangeranku itu.” Lala agak sewot karena ada yang mengecam impiannya itu.”…tapi…kayaknya dongeng itu beneran terjadi deh, meski ga harus dari katak beneran.” Lala tiba-tiba melirik ke arah tu cowok.
“Maksudnya??” Cowok itu mengernyitkan dahinya.
“Rahasia.” Lala tersenyum penuh arti.
# # #
Siapa ya dia? Masa aku jadi terus mikirin dia gini sih. Toh dia bukan my frog prince. Dasar sinting aku! Lala berbicara pada dirinya sendiri. Tapi….kok pas ketemu dia aku deg-degan terus ya?? Udah beberapa hari ini bawaanku pengen ketemu mlulu ma dia. Ya ampuuuunnnn aku jatuh cinta??? Ngga mungkin, namanya aja aku ngga tau….!!! Tapi kenapa dia tau kalo aku penggila dongeng katak itu? Siapa sih dia?
Lala menggenggam erat si Cloudy, hendak menciumnya lagi tapi…tiba-tiba dia terperanjat. “Hah!?? Ini kan si Windy?? Trus Cloudy?? Oh…God!!!” Lala menepuk keningnya. “Masih ada di kolam.”
Meski hari udah menunjukkan pukul tujuh malem, Lala dengan berani melangkahkan kakinya menuju ke gedung sekolahnya, begitu gedung tua itu telah berdiri kokoh di hadapannya, Lala langsung tanpa babibu menuju kolam di belakang sekolahnya.
Lagi-lagi dia harus rela berbasah-basah ria demi mencari Cloudy, katak kesayangannya. Dengan sebuah senter di tangannnya dia mulai berkeliling. Di sudut kanan, di pojok kiri semua udah dia jelajahi, namun bukan Cloudy yang dia temukan, hanya ada katak-katak lain, serta ikan-ikan kecil.
“Sreekk…sreeekk” terdengar suara berisik di balik semak-semak. Lala terdiam, mengambil napas panjang takut kalo ternyata di balik rimbunnya semak itu ada binatang buas, ato sebangsanya. Tiba-tiba muncul sesosok wajah manis yang udah dia rindukan sejak berjam-jam lalu.
“Kamu????” Lala tersenyum senang. Cowok itu melemparkan senyum manisnya juga buat Lala.
“Hai.” sapanya
“Kamu tu siapa sih sebenarnya ?” Akhirnya Lala mempertanyakan penasarannya.
“Aku Cloudy-mu itu.”
“Hah??!!” Lala menarik napas panjang.
The end
(Agustus 2006)
Komentar
Posting Komentar